masyarakat IT
hubungan masyarakat dengan teknologi informasi
Kata pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pengajar dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis angat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin
bekasi, 20 Desember 2010
Penulis ,
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Teknologi informasi mempunyai pengaruh yang besar dalam berbgai aspek kehidupan masyarakat karena teknologi informasi sudah menjadi bagian dari hidup yang sangat penting. Dunia pendidikan, pemerintahan, bisnis dan usaha, sampai kesehatan dan kebutuhan harian masyarakat pun membutuhkan keberadaan informasi dan komunikasi.
Transaksi-transaksi yang berbasis teknologi informasi sejalan dengan laju pertumbuhan internet. Seiring dengan maraknya penggunaan internet yang dibutuhkan pengguna, banyak aplikasi-aplikasi baru bermunculan. Secara khusus hal ini sangat nyata terlihat dalam kegiatan bisnis, usaha, terutama dalam citra pendidikan.
Citra pendidikan adalah kesan yang ditimbulkan menurut pengetahuan dan pengertian publik dalam bidang pendidikan. Hal ini memiliki kaitan yang sangat erat antara masyarakat dan teknologi informasi.
Dengan perkembangan teknologi informasi yang tak mungkin dibendung, jenis kebijakan tentang pendidikanmelalui TV dan film tampaknya perlu dipikirkan dengan benar. Jika kita meyakini bahwa pendidikanmerupakan sebuah cara paling kuat untuk mengubah struktur budaya masyarakat, kebutuhan untuk menggunakan media massa seperti TV, film, internet, dan surat kabar/majalah dalam rangka menjaga proses terjadinya transplantasi budaya secara benar adalah imperative. Selain itu, kebijakan tentang jenis tayangan yang salah akan mempercepat terjadinya proses inflitrasi budaya satu ke budaya lainnya secara intensif dan dapat menyebabkan terjadinya penghapusan budaya (cultural genocide) secara perlahan-lahan. Oleh karena itu, saya akan membahas bagaimana hubungan teknologi informasi dengan citra pendidikan bagi masyarakat di indonesia.
1.2 rumusan masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, masalah yang dirumuskan dan akan di bahas dalam makalah ini adalah hubungan antara masyarakat dengan teknologi informasi dalam bidang citra pendidikan. Apakah benar hal ini berkaitan, bagaimanakah kondisi citra pendidikan di indonesia seiring berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju, dan antisipasi untuk menghindarkan hal-hal yang negatif dan menggantinya menjadi hal yang positif bagi masyarakat.
1.3 tujuan
adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Apakah citra pendidikan di Indonesia berjalan dengan baik?
2. Bagaimana pengaruh teknologi informasi bagi masyarakat di indonesia?
3. Apakah hubungan antara teknologi informasi dan citra pendidikan masyarakat di indonesia?
Bab 2
Pembahasan
2.1 citra pendidikan
Salah satu kebutuhan penting manusia adalah pendidikan, pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang kehidupan. Tanpa pendidikan, manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersinergi dengan zaman (bukan bersaing), manusia pada dasarnya adalah ciptaan Tuhan tanpa persaingan karena memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik untuk menjunjung tinggi kehidupan yang damai, bersaudara dan saling kasih mengasihi, dan berkorelasi antara menolong dan di tolong.
Mempertimbangkan pendidikan generasi sekarang sama dengan mempersiapkan generasi yang akan datang. Hati seorang anak (peserta pendidikan) bagaikan sebuah plat fotografik, kerangka kosong yang tidak bergambar apa-apa, siap merefleksikan semua yang ditampakkan padanya. Sehingga penting bagi pengajar untuk memahami dan mendeskripsikan apa yang seharusnya di isikan terhadap peserta didik. Tentunya dengan platform budi pekerti luhur.
Empat pilar pendidikan masa depan yang di sunting berdasarkan rancangan UNESCO dan perlu dikembangkan oleh lembaga pendidikan di Indonesia, Pertama, learning to Know. Konsep pertama ini diproyeksikan untuk memberikan pemahaman sekedar mengetahui sebagai prospek pertama kali dalam belajar. atau sekedar mendengarkan, artinya tugas guru lah yang menyampaikan materi pengajaran dengan benar (fasilitator), tanpa distorsi materi dan harus memiliki penguasaan yang mapan. Kedua, learning to do. Setelah konsep pertama tercapai maka beralih pada level yang lebih practically, yaitu belajar dengan cara mempraktekan apa yang telah di ajarkan dalam konsep pertama (belajar untuk melakukan sesuatu). dalam hal ini kita dituntut untuk terampil. Ketiga, learning to be. Pada level ini diharapkan peserta pendidikan mampu menjadikan dirinya sebagai agent dari generasinya, mampu menelaah fenomena sekitar dengan mengandalkan pemikiran yang bijaksana. Keempat, learning to live together. Konsep terakhir ini menawarkan bagaimana peserta didik sudah bukan lagi dalam tahap menerima, akan tetapi sudah pada tingkatan bermfaat bagi manusia lainnya.
2.2 teknologi informasi
Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa. Maka bahasa adalah teknologi, bahasa memungkinkan seseorang memahami informasi yang disampaikan oleh orang lain. Tetapi bahasa yang disampaikan dari mulut ke mulut hanya bertahan sebentar saja, yaitu hanya pada saat si pengirim menyampaikan informasi melalui ucapannya itu saja. Setelah ucapan itu selesai, maka informasi yang berada di tangan si penerima itu akan dilupakan dan tidak bisa disimpan lama. Selain itu jangkauan suara juga terbatas. Untuk jarak tertentu, meskipun masih terdengar, informasi yang disampaikan lewat bahasa suara akan terdegradasi bahkan hilang sama sekali.
Setelah itu teknologi penyampaian informasi berkembang melalui gambar. Dengan gambar jangkauan informasi bisa lebih jauh. Gambar ini bisa dibawa-bawa dan disampaikan kepada orang lain. Selain itu informasi yang ada akan bertahan lebih lama. Beberapa gambar peninggalan zaman purba masih ada sampai sekarang sehingga manusia sekarang dapat (mencoba) memahami informasi yang ingin disampaikan pembuatnya.
Ditemukannya alfabet dan angka arabik memudahkan cara penyampaian informasi yang lebih efisien dari cara yang sebelumnya. Suatu gambar yang mewakili suatu peristiwa dibuat dengan kombinasi alfabet, atau dengan penulisan angka, seperti MCMXLIII diganti dengan1943. Teknologi dengan alfabet ini memudahkan dalam penulisan informasi itu.
Kemudian, teknologi percetakan memungkinkan pengiriman informasi lebih cepat lagi. Teknologi elektronik seperti radio, televisi, komputer mengakibatkan informasi menjadi lebih cepat tersebar di area yang lebih luas dan lebih lama tersimpan.
2.3 hubungan teknologi informasi dalam citra pendidikan dengan masyarakat di indonesia.
Dua pertanyaan penting yang sedikit terlihat kalut ditunjukkan Mendiknas dalam menanggapi tersebarnya video porno artis hingga ke ujung negeri. Pertama, Mendiknas tak setuju denganpendidikan seks dan, kedua, meminta kepada semua kepala sekolah di seluruh Indonesia untuk setiap saat merazia isi telepon seluler para siswa karena khawatir dengan penyebaran video porno. Jelas sekali kedua pernyataan tersebut memperlihatkan jenis pendekatan yang reaktif seorang menteri ketimbang proaktif. Di tengah ketidakmampuan birokrasi dan para guru kita dalam mendesain dan mengajarkan dokumen tertulis kurikulum secara benar, kasus video porno jelas merupakan peringatan terhadap jajaran Kemendiknas untuk lebih inovatif dan kreatif dalam mendistribusi kebutuhan virtue terhadap setiap mata ajar yang dipelajari siswa di sekolah.
Keruntuhan citra pendidikan
Jelas sekali beredarnya video porno artis merupakan tamparan hebat terhadap citra pendidikan di Tanah Air. Tak tahu di mana mereka dulu bersekolah, jika memang benar pelakunya adalah artis yang diduga ternama. Hal itu menunjukkan adanya sikap hidup hedonis dan rendahnya moralitas artis akibat pendidikan yang salah bisa jadi merupakan salah satu penyebab. Artis, melaui teknologi informasi, bukan saja menjadi faktor pendorong runtuhnya moralitas anak muda, melainkan sekaligus merupakan korban dari arus teknologiinformasi yang tanpa kontrol.
Meskipun kita telah memiliki undang-undang tentang pornografi dan teknologi informasi, paradigma perkembangan teknologi informasi dan kapitalisasi ekonomi dalam kebijakan tayangan televisi dan peredaran film jelas harus dicermati secara saksama oleh para pengambil kebijakan bidang pendidikan di Indonesia. Sebagai basis pendidikan massal paling efektif, tayangan televisi, film dan penggunaan internet memiliki peluang untuk mengubah tatanan budaya bangsa yang dikenal santun dan beradab ke arah yang kurang beradab dan tak mengenal tata krama. Dighe (2000) mengisyaratkan baik konten maupun rancangan program tayangan dalam bentuk film, video, dan musik bisa jadi merupakan manifestasi dan justifikasi superioritas budaya tertentu yang belum tentu semuanya baik.
Hasil riset menunjukkan dampak tayangan televisi, film, dan penyebaran video porno melalui internet juga menambah terjadinya praktik kekerasan, mistisisme, dan hura-hura ala sinetron. Bahkan jika semua fakultas psikologi di Indonesia mau dengan sukarela meriset kondisi mental siswa-siswi di sekolah, pastilah akan didapati banyak sekali anak usia sekolah yang mengalami depresi dan sakit jiwa. Bahkan dalam bahasa seorang sutradara Peter Weir, sebagai toxic culture, sebuah tayangan yang terlalu memamerkan kekerasan dan erotisme sangat tidak mendidik dan dapat menyebabkan kriminalitas di usia muda meningkat, egoisme tambah menjadi-jadi, bahkan juga dapat merusak lingkungan dan budaya sekolah ke arah yang tidak sehat (Bennet: 2000; Gidley: 2000). Ketika zaman televisi masih dimonopoli TVRI, mungkin peran pendidik (gurudan orang tua) tak terlalu berat dan melelahkan. Di samping jenis tayangan memang masih terbatas, bentuk tayangan juga masih mempertimbangkan aspek budaya lokal tiap daerah di Indonesia. Tayangan Si Unyil, drama Losmen, dan serial Aku Cinta Indonesia (ACI) begitu digemari dan menjadi rujukan para guru di sekolah dan orang tua di rumah.
Dapat dibayangkan betapa berat dan sulitnya para guru dan orang tua untuk berlomba kreativitas dengan tayangan elektronik ini.
Karena itulah, beberapa hasil riset tentang kekhawatiran pengaruh tayangan berbasis teknologi informasi terhadap pendidikan merekomendasikan langkah-langkah metodologis proses belajar-mengajar agar menggunakan pendekatan holistik, pro-active social skills seperti resolusi konflik dan metode cooperative learning. Jika hal itu lalai dibangun, keruntuhan citra pendidikan di Indonesia akan semakin menjadi-jadi; tidak hanya kerusakan di bidang akademis, tetapi dalam waktu bersamaan juga terjadi kerusakan moral secara masif.
Memanfaatkan budaya populer
Adalah naif dan tidak mungkin rasanya menolak budaya populer dan trend setter gaya hidup serbahedonis yang setiap hari secara terbuka ditayangkan dalam bentuk film, musik, video, dan komik/majalah. Yang paling mungkin dilakukan adalah menghidupkan kesadaran kritis para pendidik untuk memaksimalkan bentuk-bentuk tayangan tersebut sebagai tools dalam proses belajar-mengajar. Keberanian untuk menggunakan berbagai macam jenis tayangan sebagai bahan ajar juga harus dikembangkan sedemikian rupa, bahkan termasuk mendiskusikan hal-hal yang tabu seperti masalah seks dan kekerasan. Harus kita yakini bahwa tayangan baik dalam bentuk film, video, musik, maupun komik atau fiksi terpilih dan pantas secara sadar harus mampu digunakan para guru dalam proses belajar-mengajar. Ada banyak film semisal Pay It Forward atau Freedom Writers yang layak diputar dan didiskusikan di ruang kelas dengan anak-anak kita yang sedang beranjak dewasa (tingkat menengah).
Sebagai salah satu bentuk pedagogis bergerak yang secara langsung dapat merefleksikan dunia nyata, film dapat merangsang siswa untuk mendiskusikan banyak sekali isu tentang ras, kelas, gender, kekerasan, dan orientasi seksual manusia. Karena itu, menggunakan film sebagai salah satu bahan ajar merupakan jawaban bagi para siswa yang menggemari budaya populer, tetapi dilakukan secara terbimbing di ruang kelas. Jika hal itu dilakukan, biasanya siswa akan terlihat berani untuk menganalisis isi film dari beragam perspektif, bahkan bisa jadi mereka memiliki pandangan-pandangan yang unik menurut pengalaman masing-masing. Diskusi film selalu merupakan cara yang efektif untuk melihat reaksi siswa dalam menyikapi sebuah peristiwa dan mengambil virtue yang secara kolektif biasanya akan lebih mudah dilakukan (Sealey: 2006).
Kebiasaan dan perilaku melarang para guru terhadap siswa untuk tak melihat film dan video sebenarnya lebih akan membuat siswa penasaran. Tetapi jika itu dilakukan secara bersama-sama dengan guru dan teman mereka, proses berpikir kritis pun akan terlatih. Yang paling baik adalah kemauan guru untuk melakukan browsing bersama siswanya dalam mencari film dan video pembelajaran melalui Youtube.com, misalnya. Jutaan film setiap hari dirilis ke dalam Youtube.com, tetapi jika hal itu diniatkan sekaligus digunakan untuk tujuan pembelajaran, bisa dipastikan anak-anak akan senang untuk berbagi perspektif. Apalagi jika guru lebih kreatif, jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter bahkan bisa dijadikan sebagai medium e-learning yang dikemas untuk pola belajar tak langsung atau jarak jauh (distance learning). Hanya, pertanyaannya, berapa banyak guru yang bisa dan mau memanfaatkan teknologi informasi sebagai bahan ajar?
Gardner (2007) mengingatkan para pendidik bahwa siswa perlu dibina dan dikembangkan untuk menghadapi arus besar teknologi informasi dengan multimodal literacy skills yang sangat krusial untuk kehidupan abad 21.
Karena itu, kemampuan guru dalam penguasaan teknologi informasi juga merupakan tuntutan yang tidak bisa dihindarkan dalam kebijakan pendidikan kita. Selain itu, dalam rangka mengimbangi budaya populer yang semakin menggila, sekolah perlu dilengkapi dengan perpustakaan digital yang mampu mengakses jutaan sumber belajar yang berserakan di dunia maya. Masalah baru yang muncul dan dihadapi otoritaspendidikan kita adalah mahalnya perangkat digital sekolah dan sulit dan lamanya melatih guru untuk melekteknologi informasi.
Belum lagi tantangan dari cara pandang tradisional yang masih menganggap teknologi informasi sebagai bentuk berhala baru dan karena itu, sedapat mungkin harus dihindari. Sikap mental guru/pendidik seperti itu malah tidak akan menguntungkan dunia pendidikan kita. Karena itu, dibutuhkan mentalitas dan kapasitas akademis guru yang selalu ingin belajar, terutama dalam membina sisi afektif dan psikomotorik siswa-siswi mereka. Apalagi saat ini juga berkembang sebuah pendekatan baru dalam mengajar yang diperkenalkan Susan M Drake dan Rebecca C Burns dalam buku Meeting Standards through Integrated Curriculum (2004), yaitu transdisciplinary approach. Transdisciplinary approach membutuhkan keterampilan guru yang luar biasa untuk memandang dan mengajarkan sebuah subjek berdasarkan tema, konsep, sekaligus keterampilan yang sesuai dengan kehidupan nyata dan minat siswa.
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa citra pendidikan di Indonesia kurang berjalan dengan baik. Hal itu ditunjukkan dari banyaknya masyarakat muda maupun tua yang terjerat pergaulan yang kurang baik atau dapat dikatakan pergaulan bebas. Jika citra pendidikan di indonesia sudah baik, pengaruh negatif yang di timbulkan dan di buat oleh media-media informasi seperti radio, TV, ponsel, dan sebagainya tidak akan mempengaruhi kehidupan masyarakat di Indonesia. Apalagi kini jaman semakin maju dengan adanya jaringan internet. Ditambah lagi maraknya video-video porno yang tersebar bahkan dari kalangan masyarakat Indonesia seperti video porno artis yang telah tersebar luas bukan hanya di negeri sendiri saja.
Namun sebetulnya pengaruh teknologi informasi bagi masyarakat di indonesia ini sudah cukup baik. Hanya saja ada sisi lain ada hal yang dijadikan sesuatu yang negatif oleh sebagian masyarakat terutama anak muda yang emosional dan asupan pendidikannya masih labil.
Hubungan antara teknologi informasi dan citra pendidikan masyarakat di indonesia sangat erat. Tanpa teknologi informasi masyarakat tak akan bisa hidup dengan nyaman dan pendidikan pun tidak akan berjalan dengan lancar karena kini hampir semua hal membutuhkan teknologi. Hanya saja tergantung kita menyikapinya, bagaimana kita dapat mengontrol diri kita sendiri untuk mempergunakan teknologi yang ada dengan positif dan agar citra pendidikan kita pun terjaga dengan baik.
3.2 saran
jagalah citra pendidikan kita sendiri jangan smpai terbawa oleh pengaruh negatif dari teknologi informasi yang semakin canggih.
Berpikirlah positif agar sebanyak apapun pengaruh yang di timbulkan oleh teknologi informasi ini bisa di jadikan pelajaran berharga bukan sebagai acuan kita untuk berbuat hal yang sama.
Hindarilah sebisa mungkin hal-hal yang negatif dari teknologi informasi yang semakin maju ini agar citra pendidikan kita ataupun masyarakat di indonesia tidak rusak.
sumber:
http://aryosatrio.blogspot.com/2011/05/hubungan-masyarakat-dengan-teknologi.html
Dampak dari perkembangan teknologi informasi terhadap masyarakat
a. Dampak Teknologi Informasi Sosial & Psikologis1. Ketergantungan
Media komputer memiliki kualitas atraktif yang dapat merespon segala stimulus yang diberikan oleh penggunanya. Terlalu atraktifnya, membuat penggunanya seakan-akan menemukan dunianya sendiri yang membuatnya terasa nyaman dan tidak mau melepaskannya. kita bisa menggunakan komputer sebagai pelepas stress dengan bermain gamesyang ada.
Solusi :
Ketergantungan dapat ditanggulangi atau diminimalisasikan dengan adanya bantuan dari lingkungan dan orang-orang sekitar kita, yang dapat menyadarkan pengguna addict tersebut dengan menawarkan kegiatan lain yang lebih menarik dari pada yang ditawarkan oleh komputer. Serta memberikan motivasi untuk memperbanyak kegiatan di luar rumah (menyibukkan diri) seperti olahraga, traveling, bersosialisasi dengan teman, maka akan lebih sedikit waktu yang dihabiskan di depan komputer.
2. Violence and Gore
Kekejaman dan kesadisan juga banyak ditampilkan pada komputer. Karena segi isi pada dunia internet tidak terbatas, maka para pemilik situs menggunakan berbagai macam cara agar dapat menjual situs mereka. Salah satunya dengan menampilkan hal-hal yang menunjukan kekejaman dan kesadisan. Studi eksperimental menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara bermain permainan komputer dengan tingkat kejahatan di kalangan anak muda, khususnya permainan komputer yang banyak memuat unsur kekerasan dan pembunuhan. Bahkan ada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa games yang di mainkan di komputer memiliki sifat menghancurkan yang lebih besar dibandingkan kekerasan yang ada di televisi ataupun kekerasan dalam kehidupan nyata sekalipun. Hal ini terjadi terutama pada anak-anak. Mereka akan memiliki kekurangan sensitivitas terhadap sesamanya, memicu munculnya perilakuperilaku
agresif dan sadistis pada diri anak, dan bisa mengakibatkan dorongan kepada anak untuk bertindak kriminal seperti yang dilihatnya (meniru adegan kekerasan
Solusi :
Dampak negatif tersebut dapat diminimalisasi dengan adanya peran serta dari orang tua. Pertama-tama, orangtualah yang seharusnya mengenalkan computer dan internet pada anak, bukan orang lain. Mengenalkan computer dan internet berarti pula mengenalkan manfaatnya dan tujuan penggunaannya. Selanjutnya orang tua harus dapat mengontrol dan memantau sejauh mana penggunaan komputer dan internet pada anak-anaknya. Seperti memasang software yang dirancang khusus untuk melindungi ‘kesehatan’ anak. Misalnya saja program nany chip atau parents lock yang dapat memproteksi anak dengan mengunci segala akses yang berbau seks dan kekerasan. Mengatur peletakkan komputer di ruang publik rumah, seperti perpustakaan, ruang keluarga, dan bukan di dalam kamar anak. Memberikan batasan waktu dan jadwal dalam penggunaan komputer.
3. Pornografi
Anggapan yang mengatakan bahwa internet identik dengan pornografi, memang tidak salah. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela. Begitu banyak situs-situs pornografi yang ada di internet, meresahkan banyak pihak terutama kalangan orang tua yang khawatir anak-anaknya akan mengonsumsi hal-hal yang bersifat porno. Di internet terdapat gambar-gambar pornografi yang bisa mengakibatkan dorongan kepada seseorang untuk bertindak kriminal. Ironisnya, ada situs-situs yang memang menjadikan anak-anak sebagai target khalayaknya. Mereka berusaha untuk membuat situs yang kemungkinan besar memiliki keterkaitan dengan anak-anak dan sering mereka jelajahi.
Solusi :
Solusi untuk meminimalisasi dampak dari pornografi tersebut tidak jauh berbeda dengan solusi untuk meminimalisasi dampak negatif dari kekejaman dan kesadisan. Dalam hal ini, Pertama-tama, orangtualah yang seharusnya mengenalkan computer dan internet pada anak, bukan orang lain. Mengenalkan computer dan internet berarti pula mengenalkan manfaatnya dan tujuan penggunaannya. Selanjutnya orang tua harus dapat mengontrol dan memantau sejauh mana penggunaan komputer dan internet pada anak-anaknya.
4. Antisocial Behavior
Salah satu dampak yang dapat ditimbulkan dari penyalahgunaan komputer adalah antisocial behavior. Dimana pengguna komputer tersebut tidak lagi peduli kepada lingkungan sosialnya dan cenderung mengutamakan komputer. Selain itu, pengguna komputer tersebut tidak peduli lagi apa yang terjadi disekitarnya, satu-satunya yang dapat menarik perhatiannya hanyalah komputer saja. Orang akan menjadi lebih jarang berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, sehingga kemampuan interpersonal dan emosionalnya tidak berkembang secara optimal. Lama kelamaan, seseorang akan sulit menjalin komunikasi dan membangun relasi dengan orang-orang disekitarnya. Bila hal tersebut tidak segera ditanggulangi akan menumbulkan dampak yang sangat buruk, yang dimana manusia lama kelamaan akan sangat individualis dan tidak akan ada lagi interaksi ataupun sosialisasi.
Solusi:
Antisocial behavior dapat ditanggulangi dengan menciptakan kesadaran dari diri sendiri akan dampak buruk dari antisocial behavior dan mulai memperbanyak kegiatan di luar rumah dengan keuarga atau teman-teman, seperti olahraga bersama, traveling, hang out bersama teman, dll. Dengan begitu seseorang akan merasakan bahwa sosialisasi dengan sesamanya merupakan suatu kebutuhannya selain kebutuhannya akan komputer.
b. Dampak Teknologi Informasi Bagi Pendidikan
1. Malas belajar dan mengerjakan tugas
Penggunaaan komputer juga menimbulkan dampak negatif dalam dunia pendidikan. Seseorang terutama anak-anak yang terbiasa menggunakan komputer, cenderung menjadi malas karena mereka menjadi lebih tertarik untuk bermain komputer dari pada mengerjakan tugas atau belajar.
Solusi :
Solusi untuk meminimalisasi dampak negatif tersebut yaitu dengan memaksimalkan peran serta orang tua dalam memberikan perhatian, pengertian dan membimbing anak-anak dalam belajar dan bermain. Sehingga bila anak-anak dirasa sudah berlebihan dalam menggunakan komputer orang tua bisa segera membatasi dan mencegah terjadinya ketergantungan.
2. Perubahan Tulisan Tangan
Dengan kemudahan dan kepraktian yang diberikan oleh komputer, terutama dalam hal menuliskan suatu text, membuat seseorang cenderung memilih untuk mengetik daripada harus menulis secara manual. Akibatnya, lama kelamaan seseorang akan mengalami
perubahan tulisan, dari yang dulunya rapih, sampai akhirnya menjadi tulisan yang berantakan dan sulit dibaca, Hal tersebut karena mereka tidak lagi terbiasa untuk menulis secara manual.
Solusi :
Solusi untuk meminimalisasi dampak negatif tersebut yaitu dengan menyeimbangkan antara penggunaan tulisan manual dengan mengetik di komputer. Cobalah untuk tidak hanya mengandalkan komputer untuk membuat suatu text, karena perlu disadari bahwa tidak selamanya kita dapat mengandalkan teknologi. Teknologi hanyalah seperangkat alat yang bisa saja tiba-tiba terjadi kerusakan ataupun error, yang dimana pada saat itu kita tidak dapat lagi mengandalkannya, sehingga kita juga harus dapat menyeimbangkan antara penggunaan secara manual dengan penggunaan teknologi.
sumber:
http://cucusukmana.wordpress.com/2013/11/08/dampak-dari-perkembangan-teknologi-informasi-terhadap-masyarakat/
Sosialisasi Masyarakat Cerdas TIK (Teknologi Informasi Komunikasi
Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi atau TIK menjadi topik yang banyak
diperbincangkan saat ini terlebih apabila dikaitkan dengan fungsi
pemerintah. Pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
merupakan peluang baru bagi pemerintah karena dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
dapat dicapai efisiensi dan efektivitas proses kerja pemerintahan. Hal
ini kemudian mengarah pada terwujudnya perbaikan pelayanan kepada
masyarakat dan percepatan penyelenggaraan Reformasi Birokrasi.
Sehubungan dengan hal tersebut maka Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Gunung Mas mengadakan sosialisasi pemanfaatan Teknologi Informasi yang dilaksanakan pada tanggal 7 – 9 Oktober 2013 bertempat di aula Kecamatan Kahayan Hulu Utara Kab. Gunung Mas.
Materi Sosialisasi dibawakan oleh Bidang TI Dishubkominfo Prov. Kalimantan Tengah, Pelaksana Teknis Dishubkominfo Kab. Gunung Mas, dan praktisi IT vendor telekomunikasi. Inti dari materi yang dipaparkan bahwa Berbagai aplikasi diciptakan dalam mewujudkan sistem kerja yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Kebutuhan untuk meningkatkan proses kerja yang cepat, tepat, dan akurat menuntut pemerintah untuk secepatnya dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, yang dikenal sebagai e-Government.
Para aparatur pemerintah saat ini dan di waktu mendatang akan senantiasa dituntut pengetahuan dan kemampuannya di bidang teknologi informasi dan komunikasi dalam pencapaian proses kerja yang lebih baik. Terlebih apabila dilihat dari pandangan bahwa aparatur pemerintah selain sebagai aparatur negara juga merupakan pelayan bagi masyarakat, jadi tugasnya adalah melayani masyarakat sehingga mampu meningkatkan kinerja organisasi.
sumber:
http://dishubgunungmas.net/sosialisasi-cerdas-tik-teknologi-informasi-komunikasi/
Perkembangan teknologi informasi tentu saja berkaitan erat dengan proses pengolahan data yang dilakukan secara digital sehingga pesan dapat disampaikan secara efektif dan efisien karena waktu dan biaya yang dibutuhkan jauh lebih minim dibandingkan dengan cara-cara dengan budaya yang masih konvensional dan pemikiran yang konservatif.
Keberadaan teknologi informasi ini sesuai dengan teori difusi inovasi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial. Hal ini membawa implikasi yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat modern, seperti di bidang ekonomi, sosial, politik, dan budaya.
Salah satu contoh kecil dari implementasi teknologi informasi misalnya saja adanya perkembangan teknologi informasi dapat merubah cara berbisnis seseorang, dahulu orang-orang berjualan dan bertransaksi secara manual face to face, saat ini mereka sudah tak perlu lagi bertemu hanya untuk sekedar melakukan transaksi, cukup dengan mengirimkan gambar dan spesifikasi produk melalui email atau lainnya selanjutnya pembayaran dapat dilakukan melalui fasilitas yang tersaji di ATM dengan menggunakan jasa transfer yang disediakan di dalamnya.
Masyarakat informasi memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat dikatakan sebagai masyarakat yang terbuka akan terpaan teknologi dan informasi. Diantaranya adalah tingginya tingkat kebutuhan akan informasi mengenai isu-isu yang terjadi di sekitar lingkungannya atau di daerah lainnya. Selain itu memiliki kemampuan pertukaran data digitas secara tepat dan jarak yang jauh berbeda, dan juga intensitas penggunaan teknologi informasi yang tinggi pun merupakan ciri-ciri dari masyarakat informasi yang semakin bertambah. .
Dewasa ini penggunaan teknologi informasi di negara-negara berkembang sudah semakin pesat dan memasuki berbagai kebutuhan. Pemakaian perangkat canggih berteknologi komputer jejaring itu dirancang sejak memasuki tahun 2000-an ketika pemanfaatan komputer semakin merata. Pemerintah menjadi salah satu pihak utama yang semakin menunjukkan kebutuhan yang terus meningkat terhadap pemakaian teknologi informasi agar bisa menjadikan kerja-kerja birokrasi lebih efektif dan efisien dalam melayani kebutuhan masyarakat.
Sebagai konsumen dalam jumlah besar, sudah sepatutnya pemerintah berperan dalam mendorong peningkatan dan mendorong perkembangan teknologi informasi ke arah yangblebih baik lagi. Namun sayangnya, perkembangan yang terjadi tidak disertai dengan pemerataan fasilitas teknologi ke seluruh penjuru sehingga menimbulkan potensi adanya penyebab kesenjangan digital di kalangan masyarakat luas yang berkorelasi dengan muculnya kesenjangan sosial atas penyebaran informasi yang tidak merata.
Tifatul sembiring mengatakan “Terjadi kesenjangan digital antara pusat dan daerah di Indonesia, kesenjangan itu bisa dilihat dari masih minimnya infrastruktur informasi dan komunikasi di wilayah timur Indonesia”. Menurut Tifatul persoalan teknologi informasi yang di hadapi Indonesia berbeda dengan negara ASEAN lainnya, kesenjangan digital terjadi karena terkait kondisi geografis negara ini yang berupa kepulauan. Kondisi itu menyebabkan akses informasi belum dapat menjangkau seluruh wilayah kepulauan.
Hal ini menjadi tantangan bagi Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Informatif di masa depan, dimana para intelektual dan masyarakatnya dapat terbuka dan aware terhadap informasi sehingga memiliki pemikiran rasional dalam pengambilan keputusan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Gunung Mas mengadakan sosialisasi pemanfaatan Teknologi Informasi yang dilaksanakan pada tanggal 7 – 9 Oktober 2013 bertempat di aula Kecamatan Kahayan Hulu Utara Kab. Gunung Mas.
Materi Sosialisasi dibawakan oleh Bidang TI Dishubkominfo Prov. Kalimantan Tengah, Pelaksana Teknis Dishubkominfo Kab. Gunung Mas, dan praktisi IT vendor telekomunikasi. Inti dari materi yang dipaparkan bahwa Berbagai aplikasi diciptakan dalam mewujudkan sistem kerja yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Kebutuhan untuk meningkatkan proses kerja yang cepat, tepat, dan akurat menuntut pemerintah untuk secepatnya dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, yang dikenal sebagai e-Government.
Para aparatur pemerintah saat ini dan di waktu mendatang akan senantiasa dituntut pengetahuan dan kemampuannya di bidang teknologi informasi dan komunikasi dalam pencapaian proses kerja yang lebih baik. Terlebih apabila dilihat dari pandangan bahwa aparatur pemerintah selain sebagai aparatur negara juga merupakan pelayan bagi masyarakat, jadi tugasnya adalah melayani masyarakat sehingga mampu meningkatkan kinerja organisasi.
sumber:
http://dishubgunungmas.net/sosialisasi-cerdas-tik-teknologi-informasi-komunikasi/
Masyarakat Informasi di Tengah Perkembangan Teknologi Komunikasi
Masyarakat informasi merupakan sebuah masyarakat di mana orang-orang yang berada di dalamnya bisa mendapatkan segala fasilitas dan keuntungan atas keberadaan teknologi informasi dalam segala aspek kehidupan. Dengan begitu masyarakat informasi dapat dikatakan pula sebagai suatu kondisi di mana proses produksi, distribusi, dan manipulasi informasi telah menjadi hal pokok yang dilakukan oleh masyarakat tersebut.Perkembangan teknologi informasi tentu saja berkaitan erat dengan proses pengolahan data yang dilakukan secara digital sehingga pesan dapat disampaikan secara efektif dan efisien karena waktu dan biaya yang dibutuhkan jauh lebih minim dibandingkan dengan cara-cara dengan budaya yang masih konvensional dan pemikiran yang konservatif.
Keberadaan teknologi informasi ini sesuai dengan teori difusi inovasi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial. Hal ini membawa implikasi yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat modern, seperti di bidang ekonomi, sosial, politik, dan budaya.
Salah satu contoh kecil dari implementasi teknologi informasi misalnya saja adanya perkembangan teknologi informasi dapat merubah cara berbisnis seseorang, dahulu orang-orang berjualan dan bertransaksi secara manual face to face, saat ini mereka sudah tak perlu lagi bertemu hanya untuk sekedar melakukan transaksi, cukup dengan mengirimkan gambar dan spesifikasi produk melalui email atau lainnya selanjutnya pembayaran dapat dilakukan melalui fasilitas yang tersaji di ATM dengan menggunakan jasa transfer yang disediakan di dalamnya.
Masyarakat informasi memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat dikatakan sebagai masyarakat yang terbuka akan terpaan teknologi dan informasi. Diantaranya adalah tingginya tingkat kebutuhan akan informasi mengenai isu-isu yang terjadi di sekitar lingkungannya atau di daerah lainnya. Selain itu memiliki kemampuan pertukaran data digitas secara tepat dan jarak yang jauh berbeda, dan juga intensitas penggunaan teknologi informasi yang tinggi pun merupakan ciri-ciri dari masyarakat informasi yang semakin bertambah. .
Dewasa ini penggunaan teknologi informasi di negara-negara berkembang sudah semakin pesat dan memasuki berbagai kebutuhan. Pemakaian perangkat canggih berteknologi komputer jejaring itu dirancang sejak memasuki tahun 2000-an ketika pemanfaatan komputer semakin merata. Pemerintah menjadi salah satu pihak utama yang semakin menunjukkan kebutuhan yang terus meningkat terhadap pemakaian teknologi informasi agar bisa menjadikan kerja-kerja birokrasi lebih efektif dan efisien dalam melayani kebutuhan masyarakat.
Sebagai konsumen dalam jumlah besar, sudah sepatutnya pemerintah berperan dalam mendorong peningkatan dan mendorong perkembangan teknologi informasi ke arah yangblebih baik lagi. Namun sayangnya, perkembangan yang terjadi tidak disertai dengan pemerataan fasilitas teknologi ke seluruh penjuru sehingga menimbulkan potensi adanya penyebab kesenjangan digital di kalangan masyarakat luas yang berkorelasi dengan muculnya kesenjangan sosial atas penyebaran informasi yang tidak merata.
Tifatul sembiring mengatakan “Terjadi kesenjangan digital antara pusat dan daerah di Indonesia, kesenjangan itu bisa dilihat dari masih minimnya infrastruktur informasi dan komunikasi di wilayah timur Indonesia”. Menurut Tifatul persoalan teknologi informasi yang di hadapi Indonesia berbeda dengan negara ASEAN lainnya, kesenjangan digital terjadi karena terkait kondisi geografis negara ini yang berupa kepulauan. Kondisi itu menyebabkan akses informasi belum dapat menjangkau seluruh wilayah kepulauan.
Hal ini menjadi tantangan bagi Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Informatif di masa depan, dimana para intelektual dan masyarakatnya dapat terbuka dan aware terhadap informasi sehingga memiliki pemikiran rasional dalam pengambilan keputusan.
sumber :
http://syifaastasia.wordpress.com/2012/11/23/masyarakat-informasi-di-tengan-perkembangan-teknologi-komunikasi/
Peranan Teknologi Informasi Pada Masyarakat Indonesia
Teknologi Informasi
Teknologi Informasi adalah
istilah umum yang menjelaskan teknologi apa pun yang membantu manusia
dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau
menyebarkan informasi. TI menyatukan komputasi dan komunikasi
berkecepatan tinggi untuk data, suara, dan video. Contoh dari Teknologi
Informasi bukan hanya berupa komputer pribadi, tetapi juga telepon, TV,
peralatan rumah tangga elektronik, dan peranti genggam modern (misalnya
ponsel).
Peranan Teknologi Informasi Pada Masyarakat Indonesia
Perkembangan Teknologi Informasi adalah sesuatu yang
menggembirakan. Namun perkembangan rupanya tidak lepas dari cacat yang
melekat pada manusia, dan pada segala sesuatu yang keluar dari buah
tangannya, terutama dalam soal pendidikan di perguruan tinggi. Cacat
tersebut membuat saya tertarik untuk merefleksikan dampak
multidimensional dari penggunaan TI yang canggih di dalam proses
pembelajaran. Pertanyaan yang akan coba dijawab di dalam tulisan singkat
ini adalah, bagaimana bentuk teknologi informasi, dalam hal ini TI,
yang baik, yang mampu membebaskan manusia dari belenggu kebodohan dan
kemiskinan, serta sungguh efektif memberdayakan bangsa di dalam proses
pendidikan.
A. Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan
Dalam dunia pendidikan teknologi pembelajaran terus mengalami
perkembangan seiring perkembangan zaman. Dalam pelaksanaan pembelajaran
sehari-hari Teknologi Informasi dan Komunikasi sering dijumpai sebagai
kombinasi teknologi audio/data, video/data, audio/video, dan internet.
Internet merupakan alat komunikasi yang murah dimana memungkinkan
terjadinya interaksi antara dua orang atau lebih. Salah satu pernanan
TIK dalam dunia pendidikan saat ini adalah dengan munculnya E-Learning
(Pembelajaran Elektronik). Kemampuan internet memungkinkan terjadinya
proses belajar mengajar jarak jauh (E-Learning) menjadi lebih efektif
dan efisien sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik.
E-Learning
merupakan dasar dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk
dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang
guru secara langsung. E-learning juga dapat mempersingkat jadwal target
waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus
dikeluarkan oleh sebuah program pembelajaran atau program pendidikan.
Dengan
demikian e-learning dapat mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat
biaya pendidikan untuk belajar menjadi lebih ekonomis. E-learning
mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi, peserta
didik dengan dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik. Peserta
didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan
belajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu
peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi
pembelajaran.
B. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Bisnis
Dalam dunia bisnis peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi
dimanfaatkan untuk perbisnisan secara elektronik atau dikenal sebagai
E-Commerce (e-bisnis) atau perbisnisan elektronik. E-Commerce adalah
perbisnisan menggunakan jaringan komunikasi internet.
E-commerce
merupakan bagian dari e-business, di mana cakupan e-business lebih
luas, tidak hanya sekedar perniagaan tetapi mencakup juga
pengkolaborasian mitra bisnis, pelayanan nasabah, lowongan pekerjaan
dll. Selain teknologi jaringan www, e-bisnis juga memerlukan teknologi
basisdata atau pangkalan data (databases), e-surat atau surat elektronik
(e-mail), dan bentuk teknologi non komputer yang lain seperti halnya
sistem pengiriman barang, dan alat pembayaran untuk e-bisnis ini.
E-bisnis
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat pertama kali
banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di suatu
halaman-web (website). Menurut Riset Forrester, perbisnisan elektronik
menghasilkan penjualan seharga AS$12,2 milyar pada 2003. Menurut laporan
yang lain pada bulan oktober 2006 yang lalu, pendapatan ritel online
yang bersifat non-travel di Amerika Serikat diramalkan akan mencapai
seperempat trilyun dolar US pada tahun 2011.
Perusahaan yang terkenal dalam bidang ini antara lain: eBay, Yahoo, Amazon.com, Google, dan Paypal.
- Dampak Positif Penggunaan Teknologi Informasi
Seiring
dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, Para pelaku
IT mulai gencar memanfaatkan kemajuan tersebut. Khususnya dalam bidang
Teknologi Informasi, para pelaku IT dapat memperoleh kemudahan dalam
setiap urusannya. Teknologi Informasi dapat didefinisikan sebagai suatu
teknologi yang berfungsi untuk menghasilkan, menyimpan, mengolah, dan
menyebarkan informasi tersebut dengan berbagai bentuk media dan format
(image, suara, text, motion pictures, dsb). Dampak Teknologi Informasi
tersebut terbagi atas 2, yaitu dampak positif dan dampak negatif.
Dilihat
dari segi dampak positif, misalkan di bidang jasa pelayanan kesehatan.
Institusi kesehatan menggunakan teknologi informasi untuk memberikan
pelayanan secara terpadu dari pendaftaran pasien sampai kepada system
penagihan yang bisa dilihat melalui internet. Contoh lain misalnya di
bidang hiburan. Sekarang banyak bermunculan polling atau layanan
masyarakat dalam bentuk SMS (Short Message Service), termasuk juga untuk
sistem perbankan.
Setelah dirasakan bahwa teknologi Informasi dapat menggantikan cara konvensional yang memberikan benefit, maka orang mulai melihat kelebihan lainnnya, misalnya menggantikan sarana pengiriman surat dengan surat eletronik (e-mail), pencarian data melalui search engine, chatting, mendengarkan musik, dan sebagainya dimana pada tahapan ini orang sudah mulai menginvestasikan kepada perangkat komputer. Nah, dari manfaat yang didapatkan, teknologi informasi mulai digunakan dan diterapkan untuk membantu operasional dalam proses bisnis. Misalnya perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan menyediakan informasi jasa dan produk yang ditawarkan tanpa dibatasi waktu dan ruang.
Orang sudah mau investasi dalam menyediakan perangkat keras dan lunak untuk mengelola data dan menghasilkan laporan secara lebih akurat dan menyeluruh. Dari level top management proses pengolahan data menjadi informasi dan akhirnya menjadi pengetahuan (knowledge) digunakan sebagai proses untuk mengambil keputusan sehingga keputusan yang diambil akan terstruktur dan terarah (Executive Decision Making). Tahapan terakhir dimana orang sudah berani menginvestasi secara optimal untuk perangkat keras, perangkat lunak, dan sumber daya manusia untuk mengoperasikan bisnisnya. Pemanfaatkan teknologi infomasi sudah secara menyeluruh dan terpadu untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dan meningkatkan effisiensi dan effektivitas perusahaan.
Setelah dirasakan bahwa teknologi Informasi dapat menggantikan cara konvensional yang memberikan benefit, maka orang mulai melihat kelebihan lainnnya, misalnya menggantikan sarana pengiriman surat dengan surat eletronik (e-mail), pencarian data melalui search engine, chatting, mendengarkan musik, dan sebagainya dimana pada tahapan ini orang sudah mulai menginvestasikan kepada perangkat komputer. Nah, dari manfaat yang didapatkan, teknologi informasi mulai digunakan dan diterapkan untuk membantu operasional dalam proses bisnis. Misalnya perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan menyediakan informasi jasa dan produk yang ditawarkan tanpa dibatasi waktu dan ruang.
Orang sudah mau investasi dalam menyediakan perangkat keras dan lunak untuk mengelola data dan menghasilkan laporan secara lebih akurat dan menyeluruh. Dari level top management proses pengolahan data menjadi informasi dan akhirnya menjadi pengetahuan (knowledge) digunakan sebagai proses untuk mengambil keputusan sehingga keputusan yang diambil akan terstruktur dan terarah (Executive Decision Making). Tahapan terakhir dimana orang sudah berani menginvestasi secara optimal untuk perangkat keras, perangkat lunak, dan sumber daya manusia untuk mengoperasikan bisnisnya. Pemanfaatkan teknologi infomasi sudah secara menyeluruh dan terpadu untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dan meningkatkan effisiensi dan effektivitas perusahaan.
- Dampak Negatif Penggunaan Teknologi Informasi
Pernahkah
kita sadari di lain sisi, kita mendengar dampak negatif dari
pemanfaatan teknologi? Salah satu penelitian yang di lakukan di
Universitas Tohoku Jepang menunjukan bahwa jika anak-anak dijejali aneka
permainan komputer, maka lama-kelamaan akan terjadi kerusakan di
sebagian otaknya (masih mau main game berlama-lama lagi?). Atau seperti
kejadian di Thailand di mana seorang gadis remaja gantung diri karena
frustasi tidak dapat menyelesaikan permaian bomber man. Di bidang
kriminalitas, walaupun belum ada penelitian yang kongkret tapi dipercaya
bahwa ada korelasi positif antara bermain permainan computer dengan
tingkat kejahatan di kalangan anak muda, khususnya permaian komputer
yang banyak memuat unsur kekerasan dan pembunuhan. Di bidang perbankan,
lebih mengkhawatirkan lagi penggunaan kartu kredit illegal
(carding). Belum lagi perseteruan antara pembuat virus dan antivirus
yang tidak pernah berhenti sepanjang masa.
Fenomena
seperti ini adalah sebagian kecil contoh yang dekat dengan kehidupan
kita. Yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah bagaimana kita harus
menyikapi? Apakah kita berdiam diri? Atau ikut terlibat dalam
perkembangan teknologi informasi? Dampak positif dan negative dari suatu
perkembangan teknologi adalah pilihan di tangan kita. Selain keuntungan
yang dapat diperoleh, penggunana teknologi informasi di beberapa
perpustakaan dapat menimbulkan masalah seperti:
a. Penggunaan
komputer yang bertujuan untuk memperingan dan mempercepat pekerjaan, di
sisi lain bisa menimbulkan pengangguran, karena beban pekerjaan semakin
berkurang dengan adanya komputer.
b. Adanya
kemungkinan penyalahgunaan data untuk kepentingan pribadi. Kemudahan
pengelolaan informasi dalam bentuk pangkalan data memberi peluang untuk
memindahkan data yang tadinya milik pribadi atau rahasia dapat diakses
oleh orang lain.
c. Perlindungan
terhadap hak cipta seseorang sulit diwujudkan. Sebuah karya atau
kumpulan data dapat dengan mudah dikopi dan dimiliki oleh orang lain
tanpa seizin pemilik informasi tersebut. Terlebih jika tujuannya
digunakan untuk mencari keuntungan pribadi.
d. Ketergantungan
pada komputer menimbulkan kelemahan bila listrik mati atau komputer
terserang virus, maka data tidak dapat diakses.
e. Ketidakmampuan
sumber daya manusia dalam menguasai teknologi dapat menimbulkan kendala
dan memunculkan anggapan bahwa teknologi justru menghambat pekerjaan.
Tentu
tidak tiap perpustakaan harus memiliki komputer atau menerapkan
teknologi informasi dalam pengelolaannya. Semua tergantung pada
kemampuan perpustakaan itu sendiri dalam mengembangkan sistem
pengelolaan informasinya. Pengelolaan secara tradisional masih
dimungkinkan bila sumber daya manusia atau dana belum mencukupi untuk
menunjang penerapan teknologi informasi. Pada intinya besar tidaknya
perpustakaan bukan diukur dari peralatan yang dimiliki, melainkan dari
kandungan informasi yang dimiliki dan bagaimana pengelolaannya sehingga
memudahkan pengguna untuk memperoleh informasi sekecil dan dalam bentuk
apapun.sumber:
http://syehab.blogspot.com/2012/03/peranan-teknologi-informasi-pada.html